DI BALIK sukses seorang pria, ada wanita yang kuat di belakangnya. Seorang istri sangat berperan dan memiliki andil besar dalam perjalanan karir suami. Seperti halnya Jefry Tambayong, SH. Sosoknya yang selama ini akrab dikenal sebagai pegiat anti narkoba, sukses menggawangi berbagai organisasi, salah satunya GMDM.
Namun siapa sangka, di balik meroketnya karir pendeta putra daerah Sulawesi Utara ini, ada peran besar sosok pendamping hidup dalam menopang suksesnya. Adalah Elsye Christine Nayoan, SH, advokat yang juga pegiat anti narkoba, wanita pilihan pria yang akrab disapa “Bang Jef” ini selama berkarir dan 25 tahun mengarungi bahtera rumah tangga.
Keduanya, Jefri dan istri mengawali pergerakan anti narkoba dengan merintis pelayanan membuka GBI Indonesia Bersinar di Jakarta Timur. Sampai akhirnya mendirikan sebuah organisasi bernama Gerakan Mencegah dan Mengobati (GMDM), yang belakangan menjadi IPWL Garda Mencegah dan Mengobati.
Selama kurun waktu 13 tahun berkiprah, baik sebagai pendiri dan Ketua GMDM, perlahan dan pasti namanya mulai dikenal seantero Indonesia. Bahkan mengantarkannya sebagai orang nomor satu di Presidium FOKAN dan Ketua Dewan Pembina Paguyuban RT/RW se-Indonesia.
“Saya dengan Pak Jefri punya visi ke depan, bicara dalam bingkai Indonesia. Sejak semula kami berdua mempunya visi bagaimana berdampak bagi bangsa. Itu dimulai dari hubungan kita dengan Tuhan,” tutur Elsye Christine yang mengaku bertemu sang suami saat kuliah di Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) Petamburan.
Elsye mengungkapkan, saat itu ia sendiri sedang kuliah di SMTH yang sama dan segala sesuatunya memang harus ada visi yang jadi barometor ke depan. Termasuk pendirian gereja, visinya memenangkan banyak jiwa.
“Sudah 25 tahun mengarungi biduk rumah tangga bersama, kami berdua memiliki motto dalam mendirikan gereja, tidak akan pernah tinggal diam, tidak akan menyerah sampai Pondok Kopi (tempat tinggal), Jakarta Timur dan Indonesia dimenangkan Tuhan,” tutur perempuan Minahasa yang baru saja menyelesaikan Pendidikan Lemhanas Angkatan II Virtual dengan lulusan terbaik kedua.
Dalam mewujudkan visi tersebut, baik Elsye dan Jefri percaya sudah waktunya Tuhan, apapun yang mereka lakukan, sekecil apapun aktivitas seperti membuka gereja, JT Law Firm, LBH GMDN, FOKAN dan aktivitas lainnya, semua bersumber dari gereja.
“Ada peluang melayani secara nasional, Pak Jefry, Pak Irjen Arman Depari dan saya akhirnya mendirikan GMDN. Kami bertindak saat itu sesuai dengan visi Tuhan taruh kepada kami,” tutur Christine, seraya mengucap syukur kepada Tuhan dianugerahi suami yang selalu mendukungnya aktif dan maju bersama, termasuk melanjutkan studi hukum sehingga membuatnya menggeluti dunia advokat.
Menurut Elsye, visi merupakan keberadaan Tuhan. Tuhan yang mengizinkan untuk menjangkau di luar gereja. “Kalau bicara gereja ya pasti hanya sebatas GBI saja. Tapi kalau nasional harus punya sarana lain. Kalau bicara skala nasional dengan hanya mengandalkan gereja kecil, mungkin tidak akan dihiraukan karena orang menilai kemampuan sangat terbatas,” kata Elsye Christine
Namun sukses baginya adalah bagaimana bermanfaat kepada orang lain. Artinya semakin bermanfaat dan berdampak kepada orang lain. Misalnya bisa berdampak dalam pembinaan bidang narkoba, keormasan hingga sekolah hukum. “Saya bersyukur punya suami yang tidak mau sukses sendiri, tetapi mengajak istri dan anak-anak untuk maju bersama,” pujinya.
Untuk setiap pelayanan yang dilakukan, perempuan berparas ayu ini mengaku pasti banyak tantangan dan kendala, tetapi dengan mengandalkan Tuhan semuanya bisa diatasi.
Kini, dengan Kantor Hukum Jefry Tambayong (JT) Law Firm yang belum lama dirintis, baik Jefri dan Elsye sudah diberkati dengan banyak menangani kasus-kasus hukum. Semua yang dilakukan ini agar sebagai orang tua bisa mewariskan sesuatu kepada anak-anak. Tentu bukan yang lain, tapi lebih ke nama baik, banyak diwariskan bisa menjangkau semua.
“Saya memang banyak berbuat di belakang Pak Jefry, tampil lebih sebagai konseptor. Motto GMDN Indonesia Bersinar hingga lagu marsnya saya sendiri yang menciptakan. Semua dimulai dari keluarga kecil. Dengan adanya visi berani memulai dan berani bertindak. Sebagai anak Tuhan tentu harus melihat dari kacamata Tuhan. Bersama Tuhan kami sanggup menyelesaikan segala perkara,” ungkapnya.
Sebagai informasi, untuk saat ini GMDN sudah ada di 34 propinsi bahkan bisa diterima dengan baik hingga di pesantren. Menariknya, Jefry sekeluarga bersama istri dan anak-anak kompak dan selalu dilibatkan di setiap pelayanan. Misalnya di GMDN, putranya Steven terjun sebagai kepala penyuluhan.
“Sudah 13 tahun GMDM hadir, kita selalu bikin motivasi. Banyak orang tanya Pak Jefry itu energinya dari mana saja kok bisa melakukan seabrek-abrek aktvitas pelayanan gereja hingga organisasi? Saya selalu bilang itu sumbernya dari energi dari Tuhan dan Roh Kudus. Memang anak-anak selalu dilibatkan, seperti Stenly (putra bungsu-red.) dipercaya mengurusi bisnis cafe dan koperasi bersinar,” jelasnya.
Sebab untuk GMDM sendiri selalu disampaikan, keluarga adalah benteng yang utama dan GMDM sama sekali tak termotivasi untuk populer, tapi hanya semakin bermanfaat dan berdampak bagi semua orang, sehingga dalam keluarga sudah terbiasa dengan keterbukaan.
“Kami sudah menikah 25 tahun dan sebelumnya pacaran 3 tahun. Pasti sebagai manusia biasa ada potensi untuk jatuh. Tapi puji Tuhan suami saya benar-benar memprotek diri. Dia selalu beraktivitas dengan timnya. Kalau ketemu lawan jenis tidak berdua dan dilakukan tempat terbuka. Dengan demikian keluarga tetap harmonis,” sharingnya berbagi.
Suami istri yang selalu kompak ini, belum lama ini juga sama-sama menyelesaikan Diklat Lemhanas. Meski sudah lulus dari Lemhanas, Christine bersama suami, mengaku belum tertarik masuk ke politik praktis dan masih fokus menjaga visi GMDN, “Bersatu untuk mewujudkan Indonesia Bersinar (bersih narkoba). Kita tidak akan pernah berhenti berjuang”.
Diakuinya, Diklat Lemhanas yang dikuti berguna untuk pemantapan-pemantapan pemahaman nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme. Nilai-nilai ini yang ditimba dari Lemhanas. Mengikuti diklat tersebut berguna untuk mengobarkan semangat nasionalisme, semakin mantap dengan berpegang teguh kepada Pancasila. Terlebih tak semua berkesempatan mengikutinya. “Saya sendiri masuk Lemhanas sebagai utusan pendiri GMDN dan Pak Jefry sebagai utusan dari FOKAN,” tuturnya.
Apakah masih ada impian yang belum tercapai, wanita yang murah senyum ini mengaku hingga saat ini tidak ada. Karena baginya sesuatu biar berjalan mengalir dengan pimpinan Tuhan. “Kalau ada yang ingin saya lakukan ke depan, pasti Tuhan arahkan. Saya kira simpel saja. Kita hanya perlu mengandalkan Tuhan dalam melangkah, ” ucapnya.
Sementara menanggapi maraknya intoleransi di Indonesia belakangan ini, Elsye Christine Nayoan, SH mengatakan, di GMDM sendiri menghargai semua pendapat. Karena hak untuk berpendapat itu dijamin. Mereka boleh setuju boleh tidak setuju. Tetapi yang pasti kita punya satu harapan yang sama, yakni melihat Indonesia yang kuat dan maju.
“Silahkan aspirasi tapi jangan sampai merusak. Di GMDN sendiri ini, puji Tuhan, kita bisa masuk ke semua lini. Bahkan GMDN bisa hadir di Bangkalan, Madura. Sebab isu narkoba ‘kan musuh utama bersama. Karena itu, GMDM sangat diterima dimana-mana, kadang membuat lembaga lain iri dengan penerimaan ini,” tukasnya.
Bayangkan, seru Christine, kalau sehari 70-80 korban meninggal karena narkoba, maka setahun bisa 80 ribuan. Kalau generasi muda sekarang jatuh korban narkoba lalu siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan nanti?
“Makanya selagi masih bisa dicegah dan diperbaiki semua harus bekerja sama. Tentu perlu penegakan hukum yang tegas. Sebagai anak bangsa, kita semua berharap ke depan bangsa ini semakin lebih baik dan jauh dari ancaman narkoba,” tegas Elsye. BN01 – JAKARTA